Jangan Biarkan Istrimu Menghadapi Post Partum Depression, Sendiri!
Adakah yang belum tahu atau pertama kali mendengar istilah post partum depression (PPD)?. Jika ada, tenang saja anda tidak sendirian. Jadi PPD atau depresi pancamelahirkan adalah satu jenis depresi yang dialami seorang ibu setelah melahirkan. PPD terjadi akibat komplikasi pascamelahirkan jadi bukan karena kelemahan atau kekurangan sang ibu. Berbeda dengan baby blues, PPD berlangsung lebih lama dalam tahun pertama setelah melahirkan, tapi tidak jarang juga PPD muncul justru setelah melewati tahun pertama (sumber : google). PPD yang sudah akut harus segara ditangani oleh ahlinya, atau minimal harus mendapat support penuh dari keluarga terutama suami.
Pada mulanya saya sama sekali tidak tahu tentang PPD sampai suatu ketika salah satu anggota komunitas saya bercerita di group whatsapp tentang pengalamannya mengurus anak pertamanya yang cukup menguras tenaga dan membuatnya depresi. Ditambah lagi sikap suaminya yang acuh tak acuh, bahkan ketika teman saya mengutarakan isi hatinya bahwa ada yang salah pada dirinya, sang suami mengganggap teman saya ini hanya bersikap berlebihan/lebay. Teman saya mengaku saat itu ia sangat membenci anaknya, namun disaat yang bersamaan pula ada rasa tidak rela jika sang anak harus dirawat oleh orang lain. Rasa tertekannya semakin memuncak saat sang anak mogok makan dan mengalami penurunan berat badan drastis. Efeknya bukan hanya sang anak yang mengalami turun berat badan tapi teman saya juga. Saat melihat perubahan fisik sang istri inilah, suami teman saya tersebut baru menyadari bahwa yang dikeluhkan oleh istrinya selama ini adalah masalah serius. Saat itulah akhirnya sang suami mendukung teman saya berkonsultasi dengan psikiater untuk mendapatkan solusi.
Nah dari cerita teman saya tersebut, saya baru menyadari bahwa dulu saya tidak sendirian. Ternyata banyak sekali ibu-ibu di luar sana yang merasa depresi ketika dihadapkan dengan bayi, terutama ibu baru. Mendapat tanggung jawab baru, menghadapi tangisan bayi yang tiada henti, hingga jam tidur yang tidak teratur membuat depresi ibu semakin menjadi-jadi, apalagi jika tanpa dukungan dari sang suami. Namun sayangnya, banyak orang yang belum menyadari bahaya PPD ini. Banyak orang (termasuk suami) yang masih menganggap bahwa seorang ibu tidak berhak merasa terbebani, seorang ibu tidak boleh mengeluh lelah, seorang ibu haruslah kuat, tapi mereka lupa bahwa seorang ibu tetaplah manusia biasa. Ya ini yang saya alami, saat saya menangis dan mengadu pada suami, bukan pelukan yang saya dapatkan tapi jawabanya yang cukup menusuk hati, “kamu mah ngeluh melulu, ngeluh melulu.”.
Mendengar jawaban tersebut, apa saya sedih? Ya tentu! Tapi saya coba membalikkan keadaan, saya minta suami saya yang untuk menjaga Alta saat itu. “Biar kamu tau bagaimana rasanya kekurangan waktu tidur, pegalnya pinggang karena seharian menggendong, lelahnya hati menghadapi tangisan anak. Jika nanti kamu tidak lelah, kamu boleh cap saya sebagai pengeluh.”, itu yang saya katakan saat itu. Dan wow sejak saat itu suami saya tidak berani lagi mengeluarkan kata-kata tersebut bahkan dia berusaha untuk membantu saya walau sekedar menemani mengobrol saat Alta belum tidur. Terima kasih pak suami ❤️
Menurut teman saya yang seorang dokter, PPD ini sebetulnya akan sembuh dengan sendiri seiring berjalannya waktu. Apalagi jika si ibu pada akhirnya iklas dan menerima keadaan yang tentunya mendapat support dari orang-orang terdekat. Namun, PPD bisa berkelanjutan dan membahayakan apabila sang ibu belum bisa berdamai dengan kedaan ditambah pula tanpa support dari orang-orang sekelilingnya.
Dulu sebelum saya menjadi seorang ibu, jika ada pemberitaan mengenai penganiayaan anak oleh ibunya saya akan langsung naik pitam. Ikut menghujat sang ibu. Sekarang? Tanpa bermaksud membenarkan perbuatan sang ibu tapi saya paham mengapa sang ibu bisa demikian. Menjadi orang tua apalagi seorang ibu itu tidaklah mudah karena itu Allah menjanjikan surga sebagai hadiahnya, kalau gampang hadiahnya bukan surga tapi tutup panci hehee 😂.
Sebagai seorang ibu, mari kita saling support, stop nyinyir!
Salam sayang dari Alta & ibun ❤️
Comments
Post a Comment